Minggu 30 April 2017 akhirnya niat saya ingin mengunjungi Telaga Bidadari yang berada di daerah hutan muka kuning akhirnya kesampaian juga, berkat ajakan teman blogger kak Rina dan Bang Ahmadi.
|
Telaga Bidadari saat musim hujan
|
Perjalanan menuju telaga bidadari di mulai dari kampung aceh muka kuning, Setelah memarkirkan kendaraan di rumah warga yang berada diujung jalan, kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Inilah pertama kalinya saya memasuki hutan muka kuning ini, jalan setapak disini cukup bagus, jalannya sesekali menanjak dan sesekali menurun, sehingga saya tidak begitu merasakan kelelahan.
Ada sekitar 4 danau kecil yang akan dilalui untuk diseberangi, namun jangan khawatir, ada kayu seadanya yang disediakan sebagai alat untuk menyebrang danau tersebut. Karena air cukup tinggi, maka dari danau pertama, celana dan baju kami sudah basah.
1.5 jam perjalanan, kami pun sampai di telaga bidadari, riuh gemuruh air yang jatuh dari bebatuan memang sudah kedengaran 7 menit sebelum kami sampai. Waah betapa senangnya hati ini melihat curah air yang begitu deras, Saya tak berani menyebutnya air terjun, karena jarak air yang jatuh dari bebatuan ini paling sekitar 1 meter. Namun sebagai warga Batam, saya sudah cukup senang, ditengah kota begini, masih ada hutan yang menyimpan sebuah telaga yang begitu alami dan cukup cantik untuk dikunjungi.
|
Telaga Bidadari Muka Kuning
|
Saat ingin mencari tempat untuk beristirahat, alangkah kecewa nya mata kami, karena begitu banyak sampah yang berserakan disana. Alhasil bang Ahmadi dan kak Rina pun segera mengambil plastik yang kami bawa, dan memulai memungut sampah2 disana. 3 kantong plastik besar pun terkumpul, belum lagi yang sampah botol minuman.
|
Piknik yang berubah jadi Bersih Bersih Sampah |
|
Kak Rina dan Bang Ahmadi Sedang Bakar Sampah
|
Membakar sampah diarea hutan ini, bukan solusi yang baik, namun setidaknya tumpukan sampah menjadi berkurang. Solusi terbaik adalah
KESADARAN pengunjung untuk membawa kembali sampah yang mereka bawa, kecuali sampah yang bisa menyatu dengan tanah.
Kami berusaha menikmati kenyamanan berada di area Telaga Bidadari, sembari berjalan kesana kemari memungut sampah, Namun semakin siang pengunjung semakin ramai, kami pun memilih lebih baik pulang, karena tak bisa juga bersantai nyaman. Cukuplah bagi saya sudah bisa berenang di telaga ini meski sesaat. Merasakan dinginnya air dan segarnya udara disini.
|
Pengunjung Telaga Bidadari |
|
Cuma bisa Menikmati Air telaga disini
|
Karena tak ada fasilitas wc dan kamar mandi untuk berganti pakaian di telaga ini, maka saya pun pulang memakai baju basah. Dan ketika sampai di kampung aceh, mengambil motor dan membayar biaya Rp 5.000, hujan deras pun menyambut kepulangan kami kerumah masing masing.
Terimakasih kak Rina dan bang Ahmadi, karena kalian saya berhasil mengunjungi telaga bidadari ini.
Baca juga cerita selanjutnya mengenai
telaga bidadari muka kuning batam
|
Kak Rina dan Bang Ahmadi yang menungguku di Kampung Aceh
|
Begitu menyenangkan jika sebuah kota memiliki wisata alam, Namun jika tidak diiringi dengan kesadaran menjaga lingkungan tersebut tetap bersih, rasanya tinggal menunggu waktu alam tersebut akan rusak oleh manusia. Berwisatalah yang bijak. Jangan hanya datang jika ingin mengotori alam yang sudah diberikan Tuhan secara gratis.
wah asik banget kak, kapan kapan mau lah aku kesana. apa lagi harus nyeberang danau gitu ya untuk sampai ke lokasi telaga bidadari. tambah asik lagi
BalasHapusatur jadwal...mumpung debit air masih banyak..hehehe
HapusSeru meski cuma bertiga :)
BalasHapusseruuu gak banyak keluhan...heheh
Hapuswah baru tau batam punya telaga indah kek gini, takutnya makin banyak yang tau makin banyak yang kesana, takut telaganya malah tercemar oleh pengunjung yang suka buang sampah sembarangan
BalasHapusnah itu dia bang..serba salah kita ya..dikenalin ke media sosial,,didatangi...eehh malah dikotori dengan sampah :(
HapusWah asik, dani dari dulu kepengen kesana tapi gk jadi jadi, kapan kapan kalau kesana lagi ajak dani ya mbak sarah
BalasHapussiap dani.. :)
HapusWah asik, dani dari dulu kepengen kesana tapi gk jadi jadi, kapan kapan kalau kesana lagi ajak dani ya mbak sarah
BalasHapuswow airnya banyak ya kak seru nih nyebur nyebur
BalasHapusseruuu banget sad...apalagi bisa lompat dari bebatuan..wuuiih pengalaman menyenangkan deh
HapusDuh, sedihnya masalah sampah ini kak Sarah.. :(
BalasHapusEntah kenapa koq, sebagian besar orang Indonesia merasa ga bersalah buang sampah sembarangan. Mungkin harusnya sejak dini diberi didikan di rumah dan sekolah atau lebih digalakan lagi kesadaran buang sampah pada tempatnya.
gak tau lagi mbak mau cakap apa...pasal yang buang sampah mungkin bukan anak2 saja...orang tue pun begitu kelakuannya :(
Hapus